Komisi X Prihatinkan Kondisi Perpustakaan Sekolah di Jateng
Komisi X DPR RI memprihatinkan kondisi sejumlah perpustakaan disekolah-sekolah di Jawa Tengah khususnya di Semarang. Dari pantauan langsung di lapangan, perpustakaan tersebut kurang memenuhi syarat, dengan koleksi buku yang serba terbatas.
Pantauan ini dilakukan dalam serangkaian kunjungan kerja Komisi X DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah, Rabu(18/7) yang dipimpin Ketua Komisi X DPR Agus Hermanto.
Anggota Komisi X DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Dedi. Suwandi Gumelar mengatakan, perpustakaan dapat dikatakan sebagai jendela dunia. Namun sangat disayangkan sekolah sebagai tempat mencari ilmu tidak ditunjang dengan perpustakaan yang memadai.
Padahal, katanya, Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 mengamanatkan 5 persen dari anggaran operasional sekolah dialokasikan untuk perpustakaan sekolah. Tapi kalau alokasi anggaran yang diberikan pada sekolah tersebut kecil bagaimana akan membaginya.
Pihak sekolah seharusnya dapat menanyakan anggaran 5 persen tersebut pada Dinas Pendidikan setempat.
Saat meninjau perpustakaan SMAN 1 Ungaran Kabupaten Semarang, Dedi sempat mengkritik tulisan "Library" yang ditempel di atas pintu masuk.
Dedi menanyakan kenapa harus menggunakan bahasa Inggris, tidak menggunakan Bahasa Indonesia. Seharusnya, sekolah mengajarkan untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional karena itu juga diamanatkan dalam undang-undang.
SMAN 1 Ungaran merupakan salah satu Rintisan Sekolah Berstandart Internasional (RSBI) dimana Ketua Komisi X DPR salah satu alumni sekolah tersebut.
Selain mengunjungi SMAN 1 Ungaran, Komisi X DPR juga mengunjungi TKN Bendungan, SDN Bendungan, SMPN 12 dan SMKN 8.
Komisi X DPR melihat hampir seluruh perpustakaan yang dikunjungi kurang memenuhi persyaratan sebagai perpustakaan sekolah.
Di tempat berbeda, Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jateng Andriani mengatakan, salah satu permasalahan yang dihadapi perpustakaan di daerahnya adalah terbatasnya pendanaan untuk pengembangan perpustakaan, terbatasnya sarana dan prasarana perpustakaan khususnya gedung dan ruang serta terbatasnya koleksi buku perpustakaan.
Strategi yang dilakukan untuk menghadapi permasalahan tersebut diantaranya adalah meningkatkan kapasitas perpustakaan dan pengelolaan perpustakaan sekolah.
Selain itu, katanya, meningkatkan peran pemerintah dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan sarana dan prasarana perpustakaan.
Ditambahkannya, rata-rata jumlah pengunjung perpustakaan daerah hingga bulan Juni 2012 mencapai 517.148 pengunjung.
Untuk menumbuhkan budaya gemar membaca, pihaknya juga telah melakukan pemasaran perpustakaan dengan cara menyebarluaskan jasa layanan bahan perpustakaan dan layanan sumber-sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan dan lainnya kepada masyarakat dalam rangka mencerdaskan bangsa.
Andriani menambahkan, pihaknya juga melakukan layanan rumah belajar dengan mengadakan bimbingan belajar/kursus, perkenalan teknologi informasi pada anak dan mengadakan arena bermain dan belajar.
Sedang untuk layanan perpustakaan keliling berupa layanan perpustakaan keliling di panti-panti, pondok pesantren dan layanan perpustakaan keliling di Lapas. (tt)